1.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri dari kelas rumah tangga
sampai dengan kelas menengah, sering pula dengan meningkatnya permasalahan
lingkungan terutama dampak negatif yang ditimbulkannya. Untuk lingkup industri
besar tersusun dalam dokumen yang disebut Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dokumen ini menelaah dampak besar dan penting sekaligus rencana
penanganan dan pemantauannya. Sedangkan untuk dampak kecil dan kurang penting
tertuang dalam dokumen Upaya pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut
jenis industrinya. Contohnya adalah industri kerupuk dan tepung terigu. Industri
kerupuk dan tepung terigu mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut.
Untuk memproduksi 1 ton kerupuk atau tepung dihasilkan limbah sebanyak 1.000 –
3.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik kerupuk berasal dari proses merendam,
dan pemilahan sampai proses akhir.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani
dengan system biologis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organik
seperti karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh
pengolahan secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut,
kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan
fosfor.
Pabrik Kerupuk seringkali belum ditangani secara baik sehingga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satunya dampak limbah-bau limbah
cair dan padat. Limbah kerupuk mengandung protein tinggi sehingga
konsekuensinya menimbulkan gas buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur yang
tidak sedap dan mengganggu kesehatan. Sampai saat ini resiko bau ini masih
belum ada jalan keluarnya sedangkan di sisi lainnya produk kerupuk sudah
merupakan makanan favorit yang hampir harus selalu ada dalam konsumsi
masyarakat kecil sampai dengan masyarakat golongan atas. Dampak negatif yang
ditimbulkan pabrik kerupuk ini mengancam keberlangsungan usaha dan lebih lanjut
terhadap ketersediaan kerupuk bagi masyarakat, karena terancam tutup / dilarang
operasi. Jalan lain yang dapat dilakukan biasanya dengan melakukan relokasi
pabrik yang bertakibat pada meningkatnya biaya produksi dan harga kerupuk.
Limbah industri kerupuk adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan krupuk maupun pada saat pencucian bawang putih. Limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya
terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan, tetapi limbah cair
akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan
tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati
yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman
dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik
pada kerupuk itu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah
akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini
akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai
maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan
penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Dalam proses pembuatan kerupuk menghasilkan dua jenis limbah, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari kulit bawang
putih, libah padat ini masih dapat diolah kembali menjadi karya seni atau dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan rumah seperti lukisan tempel dari kulit bawang dan
lain sebagainya. Sendangkan limbah cair yang berasal dari air rendaman bahan
baku pembuatan kerupuk maupun air dari sisa pencucian alat-alat yang telah
dipakai.
1.
LOKASI DAN WAKTU
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan laporan ini, kami melakukan
beberapa observasi secara langsung maupun dengan wawancara kepada pengelola
industri. Adapun observasi telah kami lakukan di pabrik kerupuk (skala UKM) di
Desa Prayungan Kecamatan Sumberrejo, Bojonegoro. Pada hari Sabtu, 12 April
2014. Berdasarkan observasi saya, saya telah menemukan beberapa informasi
mengenai pencemaran yang terjadi di sungai sekitar pabrik kerupuk tersebut.
1.
PROSES PENDIRIAN USAHA
Usaha kerupuk mawar yang dibangun sejak tahun 1990-an, berawal dari
usaha kecil-kecilan dengan modal sedikit dan tempatnya juga masih di dalam
rumah sendiri, tidak menggunakan tempat khusus seperti pabrik-pabrik lainnya.
Saat melakukan penjualan pertama hanya mengisi warung-warung kecil yang
membutuhkan kerupukan untuk lauk tambahan dan lain sebagainya. Dengan keliling
dari warung ke warung lainnya agar kerupuk yang di buat bisa habis terjual.
Seiring berjalannya waktu, usaha yang di bangun dengan usaha yang
sungguh-sungguh ini semakin berkembang hingga akhirnya bisa membuat tempat
usaha sendiri yang lebih besar dan layak untuk oprasional skala menengah.
Bahkan usaha yang di bangun ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar sehingga memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mendapatkan pekerjaan.
1.
JENIS PRODUK DAN KAPASITAS PRODUKSI
Jenis produk yang di jual hanya kerupuk mawar atau biasa disebut kerupuk
blek oleh warga sekitar. Kapasitas yang di produksi melebihi dugaan karena
banyak permintaan dari masyarakat. Dalam sehari bisa memproduksi lebih dari 10
kg kerupuk mentah yang siap goreng.
1.
DAMPAK POSITIF
·
Sebagai lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar.
·
Sebagai salah satu lauk yang dapat
dibeli saat tidak punya banyak uang.
·
Masyarakat tidak perlu pergi jauh
untuk membeli kerupuk, karena pabriknya dekat dan terdapat pada warung-warung.
1.
DAMPAK NEGATIF
Setelah melaksanakan kegiatan observasi, kami mendapatkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan pencemaran yang terjadi di perairan
sekitar pabrik tersebut.
Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan yang biasanya dibuang
ke sungai, sedangkan sungai merupakan salah satu sumber air bagi mahluk hidup
seperti ikan, alga, plankton dll. Apabila jumlah air limbah yang dibuang
melebii kemanpuan sungau intuk menerimanya, maka akan terjadi permasalahan
lingkungan. Salah satu contoh adalah sungai Brantas yang telah mengalami
pencemaran air sungai yang disebabkan banyaknya air limbah yang masuk kedalam
sungai yang berasal dari berbagai sumber pencemaran, baik limbah industri,
domestik, rumah sakit, peternakan, pertanian, dan sebagainya (kominfo jatim).
Selain dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar, keberadaan
pabrik kerupuk tersebut juga menimbulkan pencemaran lingkungan, yaitu
tercemarnya saluran air di sekitar lokasi pabrik. Hal ini terlihat dari sungai
yang ada di dekat pabrik yang berwana hitam dan berbau busuk karena air limbah
yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai dan belum dilakukan pengolahan.
Limbah air yang dihasilkan dari produksi kerupuk ini berasal dari air
pencucian bahan baku, air sisa pengolahan dan air untuk mencuci alat-alat setelah
pembuatan kerupuk selesai. Selain itu limbah domestik dari warga sekitar pabrik
juga memperburuk kondisi perairan di lokasi tersebut.
Untuk mengatasi pecematan tersebut maka ait limbah industri kerupuk
harus diolah terlebih dahulu dan salah satu teknologi
yang dapat diterapkan adalah lahan basah buatan atau rawa buatan. Sistem
pengolahan air limbah ini menggunakan teknologi sederhana dengan pendekatan
baru untuk menurunkan pencemaran lingkungan berdasarkan pemanfaatan tumbuhan
air dan mikroorgansme. Proses pengoahan air tercemar pada rawa buatan merupakan
sistem yang termasuk pengolahan alami, dimana terjadi aktivitas pengolahan
sedimentasi, filtrasi, transfer gel, absorbsi, pengolahan kimiawi dan biologis,
karena aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas tumbuhan (Metcalf,
1993).
Dampak negatif produksi kerupuk yang tidak diolah dapat mengganggu
keadaan lingkungan sekitar diantaranya:
·
Keadaan air sungai menjadi kotor dan
keruh.
·
Menimbulkan bau yang tidak sedap
sehingga mengganggu pernapasan warga disekitarnya.
·
Banyak biota sungai yang mati
·
Air di sungai tempat pembuangan
limbah menjadi tergenang akibat sampah.
·
Warga yang mempergunakan air, banyak
yang terkena penyakit gatal-gatal dan diare.
·
Merusak pemandangan / mengurangi
nilai keindahan.
·
Mencemari sumur warga.
Selain terjadi pencemaran air, ternyata di daerah tersebut juga terjadi
pencemaran udara. Penyebab-penyebab pencemaran udara dari pabrik kerupuk
tersebut antara lain :
·
Asap dari penggorengan kerupuk.
·
Asap dari kayu bakar.
·
Akibat-akibat yang muncul dari pencemaran udara, antara lain :
·
Terganggunya pernapasan.
·
Dinding-dinding pabrik berubah warna
menjadi hitam akibat asap pembakaran kayu.
·
Menyebabkan sesak napas, mual, dan
lain-lain.
KESIMPULAN
1) Dampak negatif dari industri maupun
rumah tangga akan selalu muncul, untuk itu dampak ini harus dikelola dengan
sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan efek yang lebih besar lagi.
2) Sungai akan selalu tercemar,
apabila setiap industri yang membuang limbahnya tidak sesuai dengan
persyaratan/baku mutu yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan pengelolah limbah dapat
dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu dengan pengelolaan limbah itu sendiri dan
meminimalisir limbah.
. SARAN
1) Pembangunan instalasi pengolahan air
limbah sudah mutlak dan harus dimiliki oleh setiap industri untuk permasalahan
diatas harus segera dibangun rawa buatan yang dapat menampung limbah cair
pabrik untuk sementara hingga terjadi penurunan pencemaran di sungai yang di lakukan
secara biologi oleh mikroorganisme maupun tanaman yang mampu mengabsorbsi
limbah cair tersebut.
2) Pengalaman-pengalaman negara maju dalam
mengelola limbah dapat dijadikan contoh untuk diterapkan pada negara kita.
3) Keseriusan dari semua pihak sangat
diperlukan agar limbah industri yang ada benar-benar tidak mengganggu kehidupan
dan kesehatan manusia, kalau hal ini tidak kita mulai dari sekarang maka akan
sama-sama kita lihat bahaya apa yang akan muncul ke depan yang menghadang kita.
4) Penegakan hukum dan etika bisnis harus
betul-betul dijalankan dengan tegas dan sebaik-baiknya.